" Manusia tanpa kekeliruan atau mungkin kesalahan adalah bukan manusia "
Kata-kata ini boleh jadi muncul bukan hanya semalam di dalam perjalanan kamus hidupku. Telah banyak hal yang kulewati meski di dalam waktu masa mudaku yang singkat ini. Butuh terjatuh berkali-kali bahkan puluhan kali hingga akhirnya muncul pertanyaan di dalam waktu yang singkat namun melelahkan ini, mengapa manusia seakan-akan ditakdirkan dan digariskan untuk terus berjalan dan pada akhirnya menemui berbagai macam hal. Dan hal-hal yang dimaksud ialah suatu bentuk atau keadaan yaang begitu bervariatif dan beranekaragam serta di dalamnya terkandung nilai-nilai yang diyakini oleh sebagian besar orang-orang "yang lebih tahu" ataupun "orang ahli" ataupun dari perbandingan ukur tertentu sebagian besar orang menjawab dengan tegas dan yakin bahwa hal-hal tersebut adalah tidak baik untuk dilakukan, kata singkatnya adalah sebuah "Kesalahan."
Butuh waktu yang lama untuk dapat memandang dari perspektif ini untuk dapat melahirkan sebuah kesimpulan dasar bahwa nyatanya, kata-kata kesalahan merupakan kata yang berkembang dari hal sebelumnya yakni berupa kata "kekeliruan."
Kekeliruan
Apa itu kekeliruan dan apa itu kesalahan? kedua kata ini nampak familiar dan hampir-hampir sama namun nyatanya amat berbeda makna dan artinya.
Kekeliruan adalah buah awal mulanya ketika seseorang atau individu tertentu atau mungkin sebagian besar orang menyatakan kepada diriku: "kamu salah, kamu melakukan Kesalahan, tidak benar itu, itu tidak benar, dan kata-kata lainnya yang mengandung arti serupa."
Banyak pihak yang sedikit banyaknya mensama-ratakan arti dari kata-kata "Kesalahan." Dan mungkin orang-orang tersebut bisa jadi atau bukan lain adalah diri kita sendiri ketika kita dengan tegas yakin dan berucap bahwa hal yang telah terjadi didepan mata kita ialah betul adalah sebuah kesalahan.
Padahal jauh sebelum muncul pemikiran lainnya, belum tentu orang yang telah melakukan hal berupa kesalahan tersebut adalah benar-benar mengetahui bahwa hal yang telah dilakukan adalah sebuah kesalahan. Wajarnya, yang bersangkutan mungkin saja belum mengerti bahwa hal yang baru saja dilakukan adalah hal yang tidak baik dilakukan. Tidak pernah ada atau mungkin belum ada pribadi yang memberitahukan kepadanya bahwa hal tersebut tidak sepatutnya dilakukan.
Sama seperti diriku yang tumbuh besar dan berjalan dimana segala sesuatu yang telah diketahui adalah merupakan usaha atau niat terbesar dari dalam diri sendiri dan bukan karena hasil dari perhatian orang-orang terdekat, sebab sebagian telah berpulang, dan sebagian lagi tidak mempedulikan. Ya, tidak ada yang peduli, aku harus tetap melanjutkan hidup ini, itu kata sang waktu, dan garis hidupku yang berkata, tetaplah maju.
Jadi kata apakah yang sepatutnya tepat untuk mengambarkan keadaanku? itu adalah "kekeliruan."
Kekeliruan terjadi secara murni ketika seseorang melakukan tindakan yang sesungguhnya dapat terjadi tanpa melalui sebuah pemahaman terlebih dahulu. Bukankah segala tindakan yang menyimpang terjadi sebagian besar terjadi tanpa berpikir terlebih dahulu?
Kekeliruan terjadi jauh sebelum kata-kata kesalahan tercipta. Kekeliruan terjadi karena merupakan bagian dari sifat natural manusia yang di dalam perjalanannya selalu ingin mencoba hal-hal baru. Dan terkadang di dalam hal-hal tersebut terdapat hal-hal kompleks yang tercipta dari berbagai sudut pandang. Mana yang boleh dilakukan, mana yang tidak boleh dilakukan, mana yang boleh dilakukan namun tidak merugikan orang melainkan diri sendiri, mana yang sama sekali tidak boleh dilakukan karena akan merugikan diri sendiri maupun siapapun yang di dalam perjalanan hidupnya berpapasan dengan kejadian tersebut.
Terkadang sudah sempat dipikirkan pun tanpa disadari masih juga dilakukan, itulah manusia di dalam proses kehidupannya. Ditemani waktu ia belajar dari berbagai hal, baik disadari maupun "belum" disadari. Bila ia berjodoh sang Pencipta, maka layaknya aku dan semua insan yang berbahagia akan tersadar dari semua hal-hal yang benar dan baik. Baik belum tentu benar, namun sebuah kebenaran adalah sebuah kebaikan bagi sang Pencipta. Hal-hal ini kuyakini adalah sebuah proses dari setiap insan yang sedang berjalan di dalam ruang dan waktu. Kekeliruan adalah sebuah " Proses."
Pada intinya, kekeliruan adalah merupakan bagian alami yang sudah diijinkan hadir untuk mewarnai kehidupan manusia di alam semesta ini. Terkadang banyak hal positif yang terkandung di dalamnya, namun sebagian besar pihak sebaliknya mengacuhkannya, atau bahkan mengecamnya. Tapi yang kuketahui adalah, tanpa kekeliruan, maka seorang "Anak Kecil" tidak akan mengerti tentang rasanya terjatuh ketika berlari. Bukan berarti Ia tidak boleh berlari, namun sang pembimbing tahu bahwa dengan usianya dan dengan cara berjalannya maka tidak lama lagi sang Anak pasti akan terjatuh. Namun sang Anak terus melangkah di dunianya, melakukan segala sesuatu di dalam kehendaknya, tak menghiraukan hal-hal yang diutarakan. Hingga akhirnya setelah cukup pemahamannya yang diwakilkan oleh pengalaman nyata, maka sang Anak bisa memiliki pilihan, tetap berlari meski tahu bila jatuh akan tetap sakit, atau berlari untuk mejadi lebih baik lagi atau bahkan suatu saat nanti di dalam langkahnya yang kian tegap, sang Anak akan tumbuh dewasa di dalam keinginan dan pengetahuannya, dan mahir tidak hanya di dalam hal berlari, namun di dalam segala hal.
Dan bagiku, aku dan semua insan yang sedang mengalami dari apa yang disebut sebagai sebuah kekeliruan tersebut adalah sang Anak itu sendiri.
Anak berarti menggambarkan belum bertumbuh dewasa dan matang, namun di dalam prosesnya, Anak akan bertumbuh, bukan terhenti. Artinya kekeliruan itu memang harus ada agar sang Anak dapat mengerti dan memilih jalan yang lebih baik di dalam pertumbuhannya, menuju kepada kesempurnaan.
Dan bagiku, aku dan semua insan yang sedang mengalami dari apa yang disebut sebagai sebuah kekeliruan tersebut adalah sang Anak itu sendiri.
Anak berarti menggambarkan belum bertumbuh dewasa dan matang, namun di dalam prosesnya, Anak akan bertumbuh, bukan terhenti. Artinya kekeliruan itu memang harus ada agar sang Anak dapat mengerti dan memilih jalan yang lebih baik di dalam pertumbuhannya, menuju kepada kesempurnaan.
Hal diatas hanyalah segenggam contoh dari sebuah proses kehidupan. Kekeliruan bukanlah suatu kesalahan, Kekeliruan adalah proses natural dari perjalanan hidup manusia. Sebuah proses alami bagi ciptaanNya untuk kian handal dalam menghadapi berbagai macam hal di dalam dunia ini. Bagaikan sang Pencipta dengan maha karyaNya telah hadir memenuhi dan melengkapi dunia ini dengan segala keindahan proses demi prosesnya, bagaikan alam dengan prosesnya yang selalu berevolusi, seperti itu halnya sebuah kekeliruan memang harus hadir sebagai bagian dari namanya sebuah "Proses" dan sebuah "pembelajaran."
Pembelajaran disini merupakan buah dari awal mula sebuah kekeliruan. Tanpa ada kekeliruan, aku dan semua insan di dunia ini tidak akan pernah mengerti hal ini dan itu. Kecaman atau bahkan hardikan seseorang pun tidak akan menghentikan langkahku dan langkah setiap insan untuk berjalan di dunia ini, tidak. Sebab sudah nyata dan jelasnya berbagai kisah luar biasa dan kisah sukses seseorang yang tercipta dan kita dengar bersama merupakan kisah pembelajaran yang berawal dari buah keingintahuan, lalu terjadi sebuah tindakan, lalu akhirnya muncul ketertarikan, lalu banyak sekali muncul kekeliruan, berujung pada sebuah kesalahan, dan banyak ditemui kegagalan. Sebagian memujinya, sebagian lagi mengecamnya, namun pada akhirnya orang-orang tersebut memilih untuk tetap berjalan, dan hingga akhir hayat hidupnya, sebagian besar insan di dunia akhirnya menyebut mereka sebagai orang-orang yang berpengaruh, orang-orang yang luar biasa, orang-orang yang sukses.
Mereka dilahirkan sama seperti "sang Anak" pada awal mulanya, mengalami sebuah proses kehidupan, tumbuh di dalam pemahamannya seiring waktu, sering terjatuh tetapi bangkit lagi, banyak melakukan kekeliruan di masa hidupnya, dan hingga pada akhirnya mereka tidak keliru lagi, mereka sudah naik ke puncak hidup tertinggi dari jalan hidup mereka masing-masing. Dan terkadang sesaat ketika waktu sang Anak telah habis, banyak manfaat dari setiap insan tersebut, bagi kehidupan umat manusia di dunia yang fana ini.
Kenyataannya, mereka lahir dari ribuan kekeliruan demi kekeliruan, tanpa kekeliruan, tak ada inovasi tercipta, tak ada hal-hal baik yang kini dapat manusia nikmati di jaman ini.
"Sungguh beruntungnya aku, di dalam kekeliruanku."
Kesalahan
Kesalahan, bagian paling tidak menyenangkan yang harus terjadi di setiap kisah hidupku.. Kejadian paling tidak menggembirakan yang harus dilalui dari bagian hidupku, sebuah kata yang sesungguhnya kuhindari bahkan setiap insan berbahagia manapun tidak ingin menyentuhnya. Sebuah kenyataan pahit yang harus diterima dari setiap kejadian dan perkara yang sudah terjadi sebelumnya dan menjadi tanggungan bagi setiap insan di dunia ini. Sesuatu keputusan yang bukan seharusnya diambil di dalam langkah-langkahku dan langkah-langkah setiap insan ketika masih berada di dalam dunia yang fana ini. Suatu kata ketidaksetujuan dari pihak manapun baik sang Pencipta, Sang alam, maupun seisi dunia ini tidak dapat menerimanya.
Ya, begitulah ketika aku mendeskripsikan arti dari sebuah kesalahan.. Semua yang tidak baik kusertakan di dalamnya. Butuh waktu cukup lama untuk dapat menghadapi dan menyadarinya. Tak ada lagi kata tersayang ketika aku menghadapinya. Sebuah tanda dari berakhirnya sebuah kebahagiaan, yang aku harus lalui di dalam perjalanan kehidupan ini.
Itulah kesalahan, buah dari kekeliruan yang sudah disadari jauh sebelumnya, namun dimaklumi, dan terus diulang kembali. Jatuh di dalam lubang kesalahan yang sama lagi "untuk kedua kalinya," bahkan untuk sekian kalinya.
Itulah kesalahan, yang kita lakukan kembali meski telah diberi sebuah kesempatan. Sebuah cerita baru untuk kita lalui melewati arti dari sebuah kekeliruan. Sebuah kesempatan untuk berbalik dari sebuah kekeliruan, dimana seharusnya jalan baru yang kita pilih, namun jalan yang sama lagi yang harus dilalui. Terkadang memang kehendak hati, namun terkadang belum disadari, bahkan sesungguhnya belum mengerti. Namun seakan semuanya sudah terlambat ketika lagi-lagi seseorang menghampiri, atau bahkan sebagian besar orang menghadap kepada kita bahwa kisah yang kita lalui adalah benar-benar sebuah kesalahan. Habis sudah langkah untuk dapat kembali berlari dari kenyataan ini. Sebuah kenyataaan dari sebuah kesalahan.
" salahkah bila aku salah.."
Namun melihat dari semua kenyataan pahit tersebut, sang Pencipta sudah terlebih dulu mengetahuinya. Dan pada akhirnya Ia memberikan salah satu anugerah terindahNya bagi setiap insan di dunia ini, dan anugerah tersebut ialah "sang waktu." Dan aku menemukan sebuah fakta, fakta dimana tak ada satu insan di dunia pun yang dapat menghindari sebuah kata "kesalahan," dimana semua insan di dunia ini yang lahir dari sebuah proses kehidupan pasti akan berjumpa dengan kata tersebut.
Manusia telah lahir dari sejak masa kecilnya, belajar di dalam perjalanan hidupnya, tumbuh dan seringkali melalui sebuah kesalahan demi kesalahan yang awalnya adalah sebuah kekeliruan.
Manusia telah lahir dari sejak masa kecilnya, belajar di dalam perjalanan hidupnya, tumbuh dan seringkali melalui sebuah kesalahan demi kesalahan yang awalnya adalah sebuah kekeliruan.
Aku akhirnya dapat mengartikan bahwa secara sederhana, aku dan setiap insan sama-sama melewati kata ini karena di dalam perjalanannya aku belum tersadar, belum terbangun, dan sering sekali sebuah kesalahan adalah sebuah kenyamanan. Ya, kenyamanan yang dimana kenyataannya belum ada insan yang memberikan teguran, belum ada pribadi yang hadir untuk membangunkanku, menghardikku, dan menyelamatkanku dari hal tersebut. Dan di dalam proses natural tersebut, sang Pencipta mengizinkan sang Waktu untuk terus menemani langkahku, hingga akhirnya terdapat pribadi demi pribadi yang hadir di dalam hidupku, dan mulai menyadarkanku. Bangkit dari arti sebuah kesalahan, dan tersadar bahwa jalan yang telah kupilih, adalah sebuah kesalahan. Sang Waktu memberitahukanku dan kepada setiap insan yang berbahagia bahwa sudah waktunya untuk kembali berjalan di dalam jalan-jalan yang benar. Jalan-jalan yang sesungguhnya harus dilewati untuk berakhir untuk sebuah kebahagiaan, dan tentunya adalah kebahagiaan yang abadi di akhir cerita kehidupan ini.
Sebab kini telah kuyakini di dalam kamus hidupku, manusia selalu diberikan sebuah kata-kata indah, dan kata-kata tersebut adalah "Kesempatan."
Temanku, Sahabatku, dan Diriku, berbahagialah pada hari ini oleh karena masih diberikanNya yakni sang Waktu, dan terhiburkan oleh arti kata sebuah "Kesempatan."
Kesempatan berarti sebuah langkah baru, sebuah jawaban yang dinanti-nanti bagi setiap insan yang berbahagia di dunia ini. Selalu ada jalan sahabatku.. Dan oleh karena hal tersebut, janganlah berhenti melangkah. Tempuhlah hidup ini dengan semangat yang baru, jangan hilangkan rasa keingintahuanmu, janganlah takut, hadapi rasa takutmu, dan tetaplah melangkah, sebab sang Waktu masih menemani.
Sang Waktu memberikan kesempatan, kesempatan bagi setiap insan untuk mengambil langkah baru, setelah tersadar dari pembelajaran demi pembelajaran yang dilalui, mengerti arti dari sebuah kekeliruan dan kesalahan, dan pada akhirnya kita semua berada sampai di sebuah puncak di dalam sebuah proses kehidupan ini.
" Terima kasihku untuk kesempatanMu, di dalam ruang dan waktu ini. Aku, sang anak yang terus berlari. "
Kegagalan
Dan di akhir cerita ku, aku menarik lagi sebuah kenyataan sederhana bahwa hampir setiap insan berbahagia di dunia ini seringkali mengaitkan antara kekeliruan dan kesalahan dengan sebuah "kegagalan."
Kegagalan, hal yang paling natural yang harus dihadapi setiap insan, ya, setiap insan tak dapat menghindarinya. Selama kita masih bergerak dan bukan diam, bahkan berlari pun kata-kata ini sering kali hadir di dalam kisah hidup ini. Namun yang kutemui adalah, hal ini adalah lumrah adanya. Kegagalan ialah dimana telah dilalui arti dari sebuah kekeliruan, dan melangkah menuju ke sebuah kata kesalahan, dan berakhir kembali ke awal. Maka dari semua itu, boleh sama-sama kita simpulkan bahwa kegagalan adalah merupakan bagian dari proses yang terus terulang dari sejak awal kita melangkah, ingin menuju kepada tujuan akhir yang baik, namun kembali ke sebuah kata "kekecewaan."
Kutemui beberapa kegagalan demi kegagalan di dalam hidupku, dan kesemuanya itu seakan telah mematikan langkahku untuk melalui sang waktu. Dan kegagalan adalah salah satu warna di dalam proses kehidupanku, dan mungkin adalah warna baku dari setiap proses kehidupan semua insan di dunia ini. Seringkali kegagalan adalah senjata bagi sebagian orang untuk bangkit, maupun sebagian lagi untuk berhenti melangkah. Sebagian menggunakannya untuk mejatuhkan, dan sebagian lagi untuk saling menopang. Entah dimana posisi kita hari ini, ataupun nanti, dan berada dimanakah kita itu bukanlah yang terpenting. Yang terpenting adalah, bila kita sudah memahami arti dari sebuah kata Kegagalan, maka terbukalah sudah rahasia ini, dan terbitlah sebuah rumus dari sebuah dasar pemahaman. Yakni sebuah rumus kehidupan. Sebuah kata kunci bagi setiap insan untuk dapat melangkah melewatinya.
Dan pada akhirnya aku mulai menyadari, menyadari bahwa kata kunci untuk menghadapi sebuah kegagalan ialah kata " Pilihan."
Kita boleh memilih karena kita ditakdirkan untuk memilih, meski pilihan tersebut berdasar, maupun tidak. Yang berdasar pun dapat lagi menemui sebuah kekeliruan. Terlebih yang tidak berdasar, pastilah sebuah kegagalan lagi-lagi akan ditemui.
Pilihan selalu ada, untuk kembali bangkit, ataupun tetap terdiam, Tapi satu kenyataan yang pasti. Terdiam akan semakin membuat diri kita berada di dasar dari sebuah proses kehidupan. Ibarat seorang Bayi yang memilih terdiam dari larinya, terdiam dari aktivitasnya, tanpa sadar, mau tidak mau, sang bayi akan terus besar karena proses alam. Sama dengan setiap insan di dunia ini, memilih terdiam tidak akan menghentikan langkah kita, hanya menunda, tapi tetap berjalan, berjalan untuk menuju ke suatu arah dan tujuan. Sang Waktu pada akhirnya akan terus berkata: " ikutlah di dalamku, dan nantikan harimu."
Jadi, sahabatku, diriku, dan semua insan di dunia, pilihlah kata "bangkit," bangunlah dari segala keterpurukan, dan sudahi hari-harimu dari semua ketidakpastian, dan kembali mengejar tujuanmu.
Aku berkata kepada diriku, aku bukan yang terbaik, tetapi aku akan menjadi baik, setidaknya menjadi lebih baik dari hari-hari sebelumnya, dan mungkin bukan yang terbaik, tetapi aku yakin aku akan menjadi lebih baik lagi, dari setiap nafas pagi yang kuhirup di setiap detik-detik hidupku. sebab aku, mempunyai Harapan.
" Sebab aku, mempunyai harapan, menjadi baik.. "
Harapan
Harapan adalah kata kunci lainnya dari kata pilihan yang telah kita ambil, untuk memilih ke arah yang lebih baik. Lebih baik, bukan berarti semua telah berubah, sebab banyak bagian di dalamnya. Bangkit bukan berarti langsung berlari, sebagian besar insan pasti mengalami dengan apa yang disebut "Proses." Seorang yang pulih dari cedera pun, sangat dianjurkan untuk berlatih, dan berjalan perlahan-lahan, terus melewati sang waktu, hingga akhirnya benar-benar pulih.
Bangkit ialah memilih untuk kembali berjalan, dan membenahi setiap bagian-bagian yang telah terpuruk sebelumnya. Bangkit dari semua kenyataan akan arti kekeliruan, kesalahan, dan kegagalan itu sendiri dan kemudian berjalan. Berjalan adalah pilihan dari setiap insan, berjalan lambat, ataupun berjalan cepat. Apapun itu, Berjalan sudah langkah awal dari apa yang disebut dengan bangkit.
Dan hal terbesar yang memicu dari hal bangkit tersebut ialah Harapan. Harapan itu kompleks, dan banyak bentuknya. Bisa hal-hal besar maupun hal-hal kecil. Namun tidak ada suatu hal yang dapat sedemikian besar kalau tidak dimulai oleh suatu hal-hal yang kecil. Maka Harapan apapun, sebesar dan sekecil apapun, hal tersebut tetaplah sebuah Harapan.
Harapan mempunyai dimensinya masing-masing dan menuju kepada berbagai hal yang tentunya harus berkenan kepadaNya, yakni sang Pencipta. Apapun harapan itu, berbahagialah sebab kita adalah para insan yang berbahagia oleh karenanya.
Bagiku, Harapan itu adalah hal-hal yang begitu sederhana. Seperti Harapanku untuk dapat menghadirkan sebuah keluarga kecil utuh dan bahagia, itulah harapanku. Dan bagi setiap insan, telah kulihat hal-hal kecil nan indah yang menjadi bagian utuh di dalam kata Harapan tersebut.
Harapan mempunyai dimensinya masing-masing dan menuju kepada berbagai hal yang tentunya harus berkenan kepadaNya, yakni sang Pencipta. Apapun harapan itu, berbahagialah sebab kita adalah para insan yang berbahagia oleh karenanya.
Bagiku, Harapan itu adalah hal-hal yang begitu sederhana. Seperti Harapanku untuk dapat menghadirkan sebuah keluarga kecil utuh dan bahagia, itulah harapanku. Dan bagi setiap insan, telah kulihat hal-hal kecil nan indah yang menjadi bagian utuh di dalam kata Harapan tersebut.
Dari seorang anak kecil yang terjatuh dan bangkit kemudian berlari lagi, itulah harapan. Dari seorang Ibu yang tak henti-hentinya memberikan kasih bagi anak-anaknya, itulah harapan. Dari setiap Jiwa yang tertawa bahagia di setiap detik-detik hidupnya, itulah harapan. Dari dua insan yang saling menantikan kehadiran pasangannya di setiap waktu, itulah harapan. Dari sepasang kekasih yang menanti-nanti hari terindah bagi masa depan mereka, itulah harapan. Dari setiap Tunas-tunas yang tumbuh setelah dilanda kekeringan, itulah Harapan. Bahkan, ketika hari ini engkau katakan bahwa: "tidak ada lagi harapan padaku sebab aku seorang diri," ketahuilah bahwa kita lahir di dunia ini lewat sebuah proses. Sempurna atau tidak sempurna bukanlah hasil akhir dari proses tersebut, melainkan warna dari kehidupan ini. Apapun bentuknya, kita telah hidup, kita telah menjadi bagian dari sang Alam. Dan setiap insan diwajibkan untuk bergaul erat dengan sang waktu.
Lalu, muncul sebuah kata baru yaitu "takdir." Sesuatu yang disebut-sebut merupakan hak mutlak dari sang pencipta kepada setiap ciptaanNya terutama untuk ciptaanNya yang paling sempurna, manusia. Yang meski di dalam kesempurnaanya adalah merupakan dari sebuah proses pada awal mulanya, yang di dalam makna kata-katanya nyatanya manusia banyak melalui hal-hal baik dan kurang baik. Beruntung maupun kurang beruntung. Namun lagi-lagi kulihat ada kenyataan dibalik kata yang maha dahsyat tersebut. Apa itu?
Bagiku, takdir itu ialah ketika manusia bersahabat dengan waktu, bukan apapun bentuk dari sebuah proses yang sedang dijalani, atau keadaan apapun yang sedang dihadapi saat itu. Sebab selagi sang waktu mengizinkan jalan-jalannya unuk masih boleh kita lewati, maka sang waktu memberikan sebuah, janji. ya, sebuah "Janji Abadi."
Apa itu? sang waktu memberikan sebuah janji bahwa: " apabila engkau menghargaiku, maka akupun akan menghargaimu. Engkau akan beruntung." Sebuah hasil akhir berupa sebuah kebaikan di dalamnya. Dan ketahuilah, bahwa sang waktu bergaul karib dengan sang Pencipta, segala jalan yang kita lewati, segala keputusan yang telah dilalui, segala kesukaan maupun sebaliknya, yang kesemuanya itu lewat adanya sebuah kata "harapan," harapan bagi setiap insan hingga garis akhir hidup ini, akan dirundingkan oleh sang waktu denganNya. Jadi sudah sepatutnya siapapun insan berbahagia di dunia ini untuk mempunyai sebuah "harapan," meski harapan terkecil pun akan ternilai berharga di mataNya. Sebab Ia yang Tertinggi sekalipun nyatanya kuketahui ternyata memiliki sebuah harapan bagi ciptaanNya. Ya, ternyata sang Pencipta pun memiliki Harapan! Harapan agar ciptaanNya tetap berada di dalam kebaikan demi kebaikan hingga akhir masa hidupnya, karena hal-hal tersebut adalah titik penentu bagiNya untuk dapat menerima setiap Insan yang sudah habis waktunya. Dan karena hal tersebut Iapun adalah sumber segala sumber harapan yang penuh dengan buah-buah Kebaikan, sang penentu dari Kehidupan nan Kekal atas segala harapan demi harapan semua insan. inilah kenyataannya bahwa tiada seorangpun yang digariskan untuk tidak memiliki harapan, karena kita manusiapun diciptakanNya dari sebuah Harapan.
Lalu, muncul sebuah kata baru yaitu "takdir." Sesuatu yang disebut-sebut merupakan hak mutlak dari sang pencipta kepada setiap ciptaanNya terutama untuk ciptaanNya yang paling sempurna, manusia. Yang meski di dalam kesempurnaanya adalah merupakan dari sebuah proses pada awal mulanya, yang di dalam makna kata-katanya nyatanya manusia banyak melalui hal-hal baik dan kurang baik. Beruntung maupun kurang beruntung. Namun lagi-lagi kulihat ada kenyataan dibalik kata yang maha dahsyat tersebut. Apa itu?
Bagiku, takdir itu ialah ketika manusia bersahabat dengan waktu, bukan apapun bentuk dari sebuah proses yang sedang dijalani, atau keadaan apapun yang sedang dihadapi saat itu. Sebab selagi sang waktu mengizinkan jalan-jalannya unuk masih boleh kita lewati, maka sang waktu memberikan sebuah, janji. ya, sebuah "Janji Abadi."
Apa itu? sang waktu memberikan sebuah janji bahwa: " apabila engkau menghargaiku, maka akupun akan menghargaimu. Engkau akan beruntung." Sebuah hasil akhir berupa sebuah kebaikan di dalamnya. Dan ketahuilah, bahwa sang waktu bergaul karib dengan sang Pencipta, segala jalan yang kita lewati, segala keputusan yang telah dilalui, segala kesukaan maupun sebaliknya, yang kesemuanya itu lewat adanya sebuah kata "harapan," harapan bagi setiap insan hingga garis akhir hidup ini, akan dirundingkan oleh sang waktu denganNya. Jadi sudah sepatutnya siapapun insan berbahagia di dunia ini untuk mempunyai sebuah "harapan," meski harapan terkecil pun akan ternilai berharga di mataNya. Sebab Ia yang Tertinggi sekalipun nyatanya kuketahui ternyata memiliki sebuah harapan bagi ciptaanNya. Ya, ternyata sang Pencipta pun memiliki Harapan! Harapan agar ciptaanNya tetap berada di dalam kebaikan demi kebaikan hingga akhir masa hidupnya, karena hal-hal tersebut adalah titik penentu bagiNya untuk dapat menerima setiap Insan yang sudah habis waktunya. Dan karena hal tersebut Iapun adalah sumber segala sumber harapan yang penuh dengan buah-buah Kebaikan, sang penentu dari Kehidupan nan Kekal atas segala harapan demi harapan semua insan. inilah kenyataannya bahwa tiada seorangpun yang digariskan untuk tidak memiliki harapan, karena kita manusiapun diciptakanNya dari sebuah Harapan.
Apapun harapanmu sahabatku, ketahuilah hal tersebut merupakan kata kunci bagimu untuk kembali berlari, berlari menjadi lebih baik lagi. Dan bagi Jiwaku, teruslah memandang dunia dengan segala keindahannya, sebab harapanku tidak akan hilang, meski segala sesuatunya sudah hilang.
" Harapanku, tidak akan hilang, dan tidak akan sia-sia, sebab baik harapanku. "
Keberhasilan
Kegagalanpun nyatanya mempunyai satu rahasia lain, yakni sebuah kata indah yakni sebuah kata "keberhasilan."
Aku menemukannya di dalam waktuku yang singkat ini, bahkan ketika aku sedang memilih untuk terdiam, dan kembali mengingat setiap peristiwa yang yang telah terjadi di dalam hidupku.
Keberhasilan sering kali dikaitkan dengan Dengan segala sesuatu yang pada awalnya hanya berupa angan-angan semata, lalu kemudian tanpa kita sadari kita mulai berjalan ( bukan diam ) di dalam angan-angan tersebut, dilengkapi dengan sebuah harapan, dan di bumbui dengan sedikit keberuntungan, maka lahirlah keberhasilan tersebut.
Apapun yang kulakukan sebetulnya hanya berupa hal-hal sederhana, namun yang membuat keberhasilan itu kian datang adalah konsistensi yang tanpa henti, yang tanpa sadar setelah aku terdiam dan kembali merenungkannya adalah benar adanya.
Keberhasilan ternyata merupakan buah dari segala kegagalan, segala kegagalan, ya, "Segala" kegagalan. Artinya bukan sekali aku menghadapi kata gagal, melainkan gagal dan gagal lagi. Pada akhirnya ketika tiba pada hari-hari yang sebetulnya sama sekali tidak diperhitungkan, hari-hari dimana semua ini terasa seperti mimpi, keberhasilan itu datang. Dia datang kepadaku atas seijinNya, dan dia kembali berkata kepadaku, raih keberhasilanmu yang lainnya, ini belum apa-apa. Ini baru keberhasilanmu yang pertama, Masih banyak lagi target demi target yang harus engkau raih di masa mudamu.
Janganlah larut di dalam keberhasilanmu, sebab ingatlah bilamana engkau larut di dalam kegagalan-kegagalanmu, maka aku sang keberhasilanpun tidak akan singgah di dalam hidupmu.
Dari semua hal yang telah kutuliskan, baik itu soal kekeliruan, kesalahan demi kesalahan, dan berujung pada kegagalan, bahkan hal terbaik sekalipun yakni sebuah keberhasilan, ternyata mereka semua mempunyai musuh terbesar! Musuh terbesar diantara semuanya itu ialah kata "Menyerah."
" Aku lelah, tapi aku tidak diam.. "
Menyerah
Menyerah adalah hal yang paling sering terbesit paing sering dan berulang kali yang hadir di dalam setiap proses hidupku. Apapun yang dihadapkan denganku saat itu, baik dalam menghadapi kekeliruan, kesalahan, dan kegagalan.
Telah Kulihat di dalam hidupku, setiap insan-insan yang turut hadir di dalam proses hidupku sangat lekat dengan kata ini. Kata ini seakan-akan adalah hal paling akhir yang mereka lihat dan aminkan di dalam setiap langkah para insan yang kukasihi. Setiap jiwa-jiwa yang memilih terdiam dan larut di dalam kata ini, sungguh kata yang paling bisa mematikan setiap langkah para insan di dalam proses kehidupannya. Setiap langkah yang mencoba bangkit meski berulang kali, namun akhirnya setuju dan sepakat dengan kata ini. Setiap insan yang akhirnya tidak lagi berlari..
Sungguh aku pahami hal ini dan sebuah kenyataan bahwa kata ini akan terus berjalan bersama-sama dengan setiap insan manapun di dalam dunia ini hingga akhir masa hidupnya. Sesuatu yang tidak bisa dihindari, bahkan hadir di segala situasi apapun ketika manusia sedang menjalani proses hidupnya.
Hingga akhirnya setiap insan, baik yang berpikir begitu panjang, maupun yang tak sempat lagi berpikir, dengan mudah setuju dan berteman baik dengan kata ini, mereka semua berkata: "Aku menyerah.. ."
Dan akhirnya aku memahami bahwa segala hal yang tadinya adalah sebuah kebaikan, harus berujung kesia-siaan, berujung kekecewaan, berujung penyesalan. Semua hanya oleh karena kata ini. Sungguh tidak baik maksudmu, hai "menyerah!" Mengapa engkau harus hadir di dalam setiap insan yang berbahagia? Mengapa Hadirmu bukan berujung kebaikan? Mengapa sebaliknya?
Telah kulihat lagi yang paling menyedihkan ialah, ketika dua insan yang menyatu, yang awalnya memiliki sejumlah kebaikan demi kebaikan karena baik sesungguhnya hati mereka, akhirnya harus berpisah dengan alasan demi alasan yang hadir di dalam proses kehidupan mereka. Padahal Sang Waktu masih memberi begitu banyak kesempatan bagi mereka, dan sang Alam masih punya begitu banyak hikmat untuk diberikan bagi mereka. Sejumlah alasan-alasan tersebut diyakini oleh mereka adalah dasar dari terpisahnya suatu kebaikan pada awal mulanya. Namun tanpa disadari, kata menyerah lah sebagai aktor utama di dalam setiap persoalan-persoalan tersebut.
Akhirnya aku pun berteman dengan kata "menyerah," akupun sempat berhanti melangkah, baik di dalam proses kehidupanku oleh karena kekeliruan, kesalahan, dan kegagalan. Dan lagi-lagi aku menyerah karena kupikir aku tidak akan menemukan jalan untuk bisa menghadapi kata ini. Dan sesaat ketika aku terdiam, sebuah kata "Harapan" kembali berbisik di hati sanubariku, perlahan namun pasti, dia bagaikan air bagi jiwaku yang haus. Dia menarik langkahku untuk kembali berjalan, dan terus berjalan, karena dia berteman baik dengan sang Alam, dan kepada sang Pencipta. Dan iapun bersama-sama mengajak sang Waktu untuk bekerjasama, bersama-sama bahu-membahu membantuku. Membantuku untuk kembali bangkit dan menang atas sebuah kata, kata "menyerah."
Terima kasihku untuk "harapan," karena lewatnya aku dapat kembali terbangun dan kembali berjalan. Berjalan meski sesekali terdiam, kembali tersenyum meski kesedihan dan kenyataan demi kenyataan yang sedang kuhadapi, dan kembali berjuang meski sang waktu yang begitu dekatnya dengan sang Pencipta, tak diberi kuasa olehNya untuk mampu memberitahukan tentang hal masa depan.
Akhirnya aku menarik sebuah kesimpulan, kata "menyerah" memilki lawan yang sama tangguhnya. Menyerah dapat dikalahkan jika sedikit saja kita memenangkan kata "harapan," meski sedikit saja diatas kata menyerah.
Semua kembali kepada setiap keputusan demi keputusan yang diambil. Janganlah takut sahabatku, sebab telah kau baca semua tulisan sederhana ini. Telah diketahui dasar dari segala hal yang sedang dialami. Dari persoalan apapun yang sedang terjadi oleh karena keputusan-keputusan yang telah diputuskan dahulu dan saat ini, dan bentuk apapun dari hasil keputusan demi keputusan yang akhirnya menemui hal-hal yang tidak baik tersebut. Sebab segala hal yang tidak baik itu akan dimenangkan kembali oleh adanya "harapan." Sebab harapan akan merubah segala sesuatunya, dan setiap insan berbahagia akan melewati proses kehidupan ini dengan hasil akhir yakni: "Kebaikan."
" kebaikanku yang terakhir adalah, harapan.. "
Kebaikan
Kebaikan adalah sebuah hasil sempurna dari sebuah kata "harapan." Kebaikan adalah segala hal yang tidak bertentangan dengan ketidaksetujuan, baik itu ketidaksetujuan dari sang Pencipta, maupun dari semua akal dan pikiran setiap insan di dunia ini.
Dan akhirnya kutemukan lagi sebuah kenyataan bahwa, dasar dari sebuah kebaikan yang tercipta adalah berawal dari sebuah "harapan."
Tanpa harapan, maka tidak akan ada lagi kata kebaikan. Tanpa harapan, tidak ada lagi tindakan demi tindakan baik yang lahir oleh karena adanya harapan setiap insan yang berharap agar semua tindakannya itu dapat berkenan di mataNya. Tanpa harapan, maka kebaikan sudah pasti sirna, dan sang Alam pun akan bersedih oleh karenanya.
Kebaikan pada kenyataannya akan mendatangkan sukacita, senyuman, dan kebahagiaan di hati setiap insan. Dan oleh karena itulah, manusia boleh disebut dengan para insan yang berbahagia oleh karena merekalah yang telah memilih kata harapan dibalik setiap kekeliruan, kesalahan, dan kegagalannya.
Hari demi hari telah kulewati, dan aku menaruh-naruh harap, harapanku tentang hal ini dan hal itu, dan telah kulihat hasil dari kebaikan demi kebaikan itu, sangat indah rasanya. Damai jiwaku setelah aku dapat melakukan sebuah kebaikan. Tenang hatiku ketika kuketahui bahwa kebaikan yang telah kulakukan, bermanfaat bagi setiap insannya, dan mendapat perkenanan di mataNya. Meski di dalam prosesnya, lebih banyak kekeliruan, kesalahan, dan kegagalan yang kualami. Namun kupetik hasil dari semua itu, bahwa semuanya telah berujung kepada harapan dan menuju pada buah kebaikan.
Seorang pelari handal, pada prosesnya ia berlari bukan tidak pernah terjatuh, berlari bukan berarti tidak pernah lelah, Tidak jadi yang terbaik, dan mungkin mengalami beberapa kekalahan dan rekor yang buruk. Namun di dalam prosesnya itu, ada harapan yang telah ia pilih sebagai hal terbaik dan berujung pada kebaikan dan pencapaian yang luar biasa.
Akhirnya para sahabatku, kesimpulan dari segala tulisan ini adalah, tak peduli beberapa lama lagi aku dan setiap insan-insan harus terjatuh, terjatuh karena telah keliru langkahku dan langkah setiap insan, terdiam karena kesalahanku dan sunyinya hati setiap insan dimanapun jua, bersedih karena hilang jalan-jalanku dan tangis kesedihan dari para insan berbahagia, dan pada akhirnya kecewa oleh karena kegagalan demi kegagalan di kehidupan ini. Aku akan tetap memilih untuk berjalan, dan biarkan sang waktu yang menuntun langkahku dan semua langkah-langkah setiap insan yang berbahagia, biarlah harapan terus ada sebagai pelita hidupku dan cahaya bagi semua insan, dan Ia yang Terbesar diantara semuanya akan menuntun jalanku dan jalan setiap insan ibarat seorang Ayah yang terus memperhatikan langkah anak-anaknya yang terkasih. Hingga ke kehidupan yang penuh dengan sejuta kebaikan selama-lamanya.
"Semakin banyak kegagalanku, semakin cepat keberhasilanku, semakin luar biasa kebaikan di hidupku."
Dan lewat tulisan demi tulisan sederhana ini, aku kembali menaruh harapan, harapanku bagi semua insan yang berbahagia, semua insan yang sedang melewati proses kehidupannya masing-masing, pribadi lepas pribadi, siapapun mereka agar kiranya sang Pencipta senantiasa boleh menaungi setiap insan tersebut kembali di dalam naunganNya. Dan Harapan itu boleh kembali hadir bagi mereka-mereka yang sedang menjalani hidup di dalam sang Waktu apapun situasinya. Lewat tulisan sederhana ini, kembali memberikan pengertian yang baru, dan menjadi sebuah kebaikan pada akhirnya, kebaikan bagi setiap insan berbahagia di dalam proses kehidupan ini.
Dan untukku yang masih menjalani proses demi proses di kehidupan ini, kiranya semakin dalam pemahaman demi pemahaman yang kuraih, hingga akhirnya serupa dengan sang Pencipta. Akankah dan Mustahilkah? ya, tentulah mustahil bagi setiap insan di dunia ini untuk serupa di dalam perkenanNya yang Agung. Manusia dengan sejumlah titik-titik perhentian di dalam proses kehidupan ini, dari satu titik terendah hingga pada titik penentuan berikutnya, hingga tak terhitung banyaknya.
Akankah kudapati perkenanNya ?
Namun lagi-lagi tlah kutemukan kembali satu rangkaian kata-kata indah dari dalam dunia ini. Sebuah kata-kata manis yang terucap, dan terkandung sejumlah makna serta kebahagiaan di dalamnya. Sebuah Harapan sempurna..
" Sesungguhnya tidak ada yang Mustahil bagi sang Pencipta, dan bagi yang mempunyai harapan di dalamNya."
Dan inilah kata kunci kamus Hidupku.. sebuah "Harapan."
Keberhasilan sering kali dikaitkan dengan Dengan segala sesuatu yang pada awalnya hanya berupa angan-angan semata, lalu kemudian tanpa kita sadari kita mulai berjalan ( bukan diam ) di dalam angan-angan tersebut, dilengkapi dengan sebuah harapan, dan di bumbui dengan sedikit keberuntungan, maka lahirlah keberhasilan tersebut.
Apapun yang kulakukan sebetulnya hanya berupa hal-hal sederhana, namun yang membuat keberhasilan itu kian datang adalah konsistensi yang tanpa henti, yang tanpa sadar setelah aku terdiam dan kembali merenungkannya adalah benar adanya.
Keberhasilan ternyata merupakan buah dari segala kegagalan, segala kegagalan, ya, "Segala" kegagalan. Artinya bukan sekali aku menghadapi kata gagal, melainkan gagal dan gagal lagi. Pada akhirnya ketika tiba pada hari-hari yang sebetulnya sama sekali tidak diperhitungkan, hari-hari dimana semua ini terasa seperti mimpi, keberhasilan itu datang. Dia datang kepadaku atas seijinNya, dan dia kembali berkata kepadaku, raih keberhasilanmu yang lainnya, ini belum apa-apa. Ini baru keberhasilanmu yang pertama, Masih banyak lagi target demi target yang harus engkau raih di masa mudamu.
Janganlah larut di dalam keberhasilanmu, sebab ingatlah bilamana engkau larut di dalam kegagalan-kegagalanmu, maka aku sang keberhasilanpun tidak akan singgah di dalam hidupmu.
Dari semua hal yang telah kutuliskan, baik itu soal kekeliruan, kesalahan demi kesalahan, dan berujung pada kegagalan, bahkan hal terbaik sekalipun yakni sebuah keberhasilan, ternyata mereka semua mempunyai musuh terbesar! Musuh terbesar diantara semuanya itu ialah kata "Menyerah."
" Aku lelah, tapi aku tidak diam.. "
Menyerah
Menyerah adalah hal yang paling sering terbesit paing sering dan berulang kali yang hadir di dalam setiap proses hidupku. Apapun yang dihadapkan denganku saat itu, baik dalam menghadapi kekeliruan, kesalahan, dan kegagalan.
Telah Kulihat di dalam hidupku, setiap insan-insan yang turut hadir di dalam proses hidupku sangat lekat dengan kata ini. Kata ini seakan-akan adalah hal paling akhir yang mereka lihat dan aminkan di dalam setiap langkah para insan yang kukasihi. Setiap jiwa-jiwa yang memilih terdiam dan larut di dalam kata ini, sungguh kata yang paling bisa mematikan setiap langkah para insan di dalam proses kehidupannya. Setiap langkah yang mencoba bangkit meski berulang kali, namun akhirnya setuju dan sepakat dengan kata ini. Setiap insan yang akhirnya tidak lagi berlari..
Sungguh aku pahami hal ini dan sebuah kenyataan bahwa kata ini akan terus berjalan bersama-sama dengan setiap insan manapun di dalam dunia ini hingga akhir masa hidupnya. Sesuatu yang tidak bisa dihindari, bahkan hadir di segala situasi apapun ketika manusia sedang menjalani proses hidupnya.
Hingga akhirnya setiap insan, baik yang berpikir begitu panjang, maupun yang tak sempat lagi berpikir, dengan mudah setuju dan berteman baik dengan kata ini, mereka semua berkata: "Aku menyerah.. ."
Dan akhirnya aku memahami bahwa segala hal yang tadinya adalah sebuah kebaikan, harus berujung kesia-siaan, berujung kekecewaan, berujung penyesalan. Semua hanya oleh karena kata ini. Sungguh tidak baik maksudmu, hai "menyerah!" Mengapa engkau harus hadir di dalam setiap insan yang berbahagia? Mengapa Hadirmu bukan berujung kebaikan? Mengapa sebaliknya?
Telah kulihat lagi yang paling menyedihkan ialah, ketika dua insan yang menyatu, yang awalnya memiliki sejumlah kebaikan demi kebaikan karena baik sesungguhnya hati mereka, akhirnya harus berpisah dengan alasan demi alasan yang hadir di dalam proses kehidupan mereka. Padahal Sang Waktu masih memberi begitu banyak kesempatan bagi mereka, dan sang Alam masih punya begitu banyak hikmat untuk diberikan bagi mereka. Sejumlah alasan-alasan tersebut diyakini oleh mereka adalah dasar dari terpisahnya suatu kebaikan pada awal mulanya. Namun tanpa disadari, kata menyerah lah sebagai aktor utama di dalam setiap persoalan-persoalan tersebut.
Akhirnya aku pun berteman dengan kata "menyerah," akupun sempat berhanti melangkah, baik di dalam proses kehidupanku oleh karena kekeliruan, kesalahan, dan kegagalan. Dan lagi-lagi aku menyerah karena kupikir aku tidak akan menemukan jalan untuk bisa menghadapi kata ini. Dan sesaat ketika aku terdiam, sebuah kata "Harapan" kembali berbisik di hati sanubariku, perlahan namun pasti, dia bagaikan air bagi jiwaku yang haus. Dia menarik langkahku untuk kembali berjalan, dan terus berjalan, karena dia berteman baik dengan sang Alam, dan kepada sang Pencipta. Dan iapun bersama-sama mengajak sang Waktu untuk bekerjasama, bersama-sama bahu-membahu membantuku. Membantuku untuk kembali bangkit dan menang atas sebuah kata, kata "menyerah."
Terima kasihku untuk "harapan," karena lewatnya aku dapat kembali terbangun dan kembali berjalan. Berjalan meski sesekali terdiam, kembali tersenyum meski kesedihan dan kenyataan demi kenyataan yang sedang kuhadapi, dan kembali berjuang meski sang waktu yang begitu dekatnya dengan sang Pencipta, tak diberi kuasa olehNya untuk mampu memberitahukan tentang hal masa depan.
Akhirnya aku menarik sebuah kesimpulan, kata "menyerah" memilki lawan yang sama tangguhnya. Menyerah dapat dikalahkan jika sedikit saja kita memenangkan kata "harapan," meski sedikit saja diatas kata menyerah.
Semua kembali kepada setiap keputusan demi keputusan yang diambil. Janganlah takut sahabatku, sebab telah kau baca semua tulisan sederhana ini. Telah diketahui dasar dari segala hal yang sedang dialami. Dari persoalan apapun yang sedang terjadi oleh karena keputusan-keputusan yang telah diputuskan dahulu dan saat ini, dan bentuk apapun dari hasil keputusan demi keputusan yang akhirnya menemui hal-hal yang tidak baik tersebut. Sebab segala hal yang tidak baik itu akan dimenangkan kembali oleh adanya "harapan." Sebab harapan akan merubah segala sesuatunya, dan setiap insan berbahagia akan melewati proses kehidupan ini dengan hasil akhir yakni: "Kebaikan."
" kebaikanku yang terakhir adalah, harapan.. "
Kebaikan
Kebaikan adalah sebuah hasil sempurna dari sebuah kata "harapan." Kebaikan adalah segala hal yang tidak bertentangan dengan ketidaksetujuan, baik itu ketidaksetujuan dari sang Pencipta, maupun dari semua akal dan pikiran setiap insan di dunia ini.
Dan akhirnya kutemukan lagi sebuah kenyataan bahwa, dasar dari sebuah kebaikan yang tercipta adalah berawal dari sebuah "harapan."
Tanpa harapan, maka tidak akan ada lagi kata kebaikan. Tanpa harapan, tidak ada lagi tindakan demi tindakan baik yang lahir oleh karena adanya harapan setiap insan yang berharap agar semua tindakannya itu dapat berkenan di mataNya. Tanpa harapan, maka kebaikan sudah pasti sirna, dan sang Alam pun akan bersedih oleh karenanya.
Kebaikan pada kenyataannya akan mendatangkan sukacita, senyuman, dan kebahagiaan di hati setiap insan. Dan oleh karena itulah, manusia boleh disebut dengan para insan yang berbahagia oleh karena merekalah yang telah memilih kata harapan dibalik setiap kekeliruan, kesalahan, dan kegagalannya.
Hari demi hari telah kulewati, dan aku menaruh-naruh harap, harapanku tentang hal ini dan hal itu, dan telah kulihat hasil dari kebaikan demi kebaikan itu, sangat indah rasanya. Damai jiwaku setelah aku dapat melakukan sebuah kebaikan. Tenang hatiku ketika kuketahui bahwa kebaikan yang telah kulakukan, bermanfaat bagi setiap insannya, dan mendapat perkenanan di mataNya. Meski di dalam prosesnya, lebih banyak kekeliruan, kesalahan, dan kegagalan yang kualami. Namun kupetik hasil dari semua itu, bahwa semuanya telah berujung kepada harapan dan menuju pada buah kebaikan.
Seorang pelari handal, pada prosesnya ia berlari bukan tidak pernah terjatuh, berlari bukan berarti tidak pernah lelah, Tidak jadi yang terbaik, dan mungkin mengalami beberapa kekalahan dan rekor yang buruk. Namun di dalam prosesnya itu, ada harapan yang telah ia pilih sebagai hal terbaik dan berujung pada kebaikan dan pencapaian yang luar biasa.
Akhirnya para sahabatku, kesimpulan dari segala tulisan ini adalah, tak peduli beberapa lama lagi aku dan setiap insan-insan harus terjatuh, terjatuh karena telah keliru langkahku dan langkah setiap insan, terdiam karena kesalahanku dan sunyinya hati setiap insan dimanapun jua, bersedih karena hilang jalan-jalanku dan tangis kesedihan dari para insan berbahagia, dan pada akhirnya kecewa oleh karena kegagalan demi kegagalan di kehidupan ini. Aku akan tetap memilih untuk berjalan, dan biarkan sang waktu yang menuntun langkahku dan semua langkah-langkah setiap insan yang berbahagia, biarlah harapan terus ada sebagai pelita hidupku dan cahaya bagi semua insan, dan Ia yang Terbesar diantara semuanya akan menuntun jalanku dan jalan setiap insan ibarat seorang Ayah yang terus memperhatikan langkah anak-anaknya yang terkasih. Hingga ke kehidupan yang penuh dengan sejuta kebaikan selama-lamanya.
"Semakin banyak kegagalanku, semakin cepat keberhasilanku, semakin luar biasa kebaikan di hidupku."
Dan lewat tulisan demi tulisan sederhana ini, aku kembali menaruh harapan, harapanku bagi semua insan yang berbahagia, semua insan yang sedang melewati proses kehidupannya masing-masing, pribadi lepas pribadi, siapapun mereka agar kiranya sang Pencipta senantiasa boleh menaungi setiap insan tersebut kembali di dalam naunganNya. Dan Harapan itu boleh kembali hadir bagi mereka-mereka yang sedang menjalani hidup di dalam sang Waktu apapun situasinya. Lewat tulisan sederhana ini, kembali memberikan pengertian yang baru, dan menjadi sebuah kebaikan pada akhirnya, kebaikan bagi setiap insan berbahagia di dalam proses kehidupan ini.
Dan untukku yang masih menjalani proses demi proses di kehidupan ini, kiranya semakin dalam pemahaman demi pemahaman yang kuraih, hingga akhirnya serupa dengan sang Pencipta. Akankah dan Mustahilkah? ya, tentulah mustahil bagi setiap insan di dunia ini untuk serupa di dalam perkenanNya yang Agung. Manusia dengan sejumlah titik-titik perhentian di dalam proses kehidupan ini, dari satu titik terendah hingga pada titik penentuan berikutnya, hingga tak terhitung banyaknya.
Akankah kudapati perkenanNya ?
Namun lagi-lagi tlah kutemukan kembali satu rangkaian kata-kata indah dari dalam dunia ini. Sebuah kata-kata manis yang terucap, dan terkandung sejumlah makna serta kebahagiaan di dalamnya. Sebuah Harapan sempurna..
" Sesungguhnya tidak ada yang Mustahil bagi sang Pencipta, dan bagi yang mempunyai harapan di dalamNya."
Dan inilah kata kunci kamus Hidupku.. sebuah "Harapan."
#kamushidupku
Originaly by: - LF -
0 komentar:
Posting Komentar